Pendidikan
adalah satu jalan meretas menuju kesejahteraan . Itu adalah hipotesa dari
hampir mayoritas masyarakat tentang
salah satu jalan roma untuk merajut mimpi mencapai cita. Betapa kita
banyak mendapati bahwa mimpi dan harapan itu tersirat indah dalam tulisan-tulisan diantara
buku-buku yang mereka bawa setiap hari dibangku sekolah itu. Dan tak ada yang
salah dengan harapan mereka tentang cita yang mereka gantungkan pada satu hal
yang bernama pendidikan. Kita pun perlu yakin dan optimis bahwa pendidikan bisa
mengantarkan kita pada satu pintu bernama kesejahteraan ketimbang mengutuki
kegelapan dan wajah suram pendidikan itu sendiri, tentu tanpa mengabaikan perbaikan dan upaya untuk
terus berbenah diri agar pendidikan itu sendiri bisa mengantarkan pada apa yang telah tersemai menjadi cita bersama.
Pendidikan
yang kita harapkan tentu bukan sekedar
transformasi ilmu atau pengetahuan
semata, lebih dari itu pendidikan memiliki makna luas lainnya.Tentang bagaimana
menumbuhkembangkan setiap potensi anak bangsa, tentang bagaimana memanusiakan
manusia dan seperti cita kita yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar yang tak lain adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, inilah
pelabuhan terakhir dari pendidikan. Betapa besar tugas pendidikan itu sendiri,
satu kosa kata “mencerdaskan” saja bukan
hal yang mudah apalagi ditambah dengan kehidupan bangsa, cakupannya bukan
sebatas individu atau bangsa tapi “kehidupan
bangsa”.
Tentu
peran besar itu bukan semata amanah untuk para pendidik saja yang terkadang
secara definitif sempit lebih ditujukan kepada mereka yang berprofesi sebagai
guru semata padahal semua lapisan
masyarakat memiliki tanggung jawab sama untuk mewujudkan cita-cita bersama
tadi. Ini catatan utama dari saya
pribadi agar setiap kita aware kepada pendidikan dengan atau tanpa menjabat pelaku struktural bernobat GURU, setidaknya setiap orang bisa
menjadi pendidik untuk dirinya sendiri dan lingkup kecilnya keluarga. Catatan
lain untuk sebuah perbaikan wajah
pendidikan itu sendiri adalah tentang kesenjangan sarana dan prasarana
pendidikan di daerah kota dan daerah
pelosok , baik dari SDM sampai ke sarana pendukung diluar sistem lingkungan
pendidikan namun juga memiliki andil pengaruh terhadap pendidikan itu sendiri. Seperti
sarana transportasi umum pada daerah-daerah pelosok yang masih minim. Sehingga
diperlukan langkah pemerataan pendidikan dalam konteks sarana prasananya, dan saya pribadi sangat mendukung
program-program seperti SM3T yang bisa membantu untuk mempercepat pemerataan
pendidikan dalam konteks tersebut. Dalam hal standarisasi kelulusan memang kerap menjadi polemik karena setiap potensi anak bangsa tentu berbeda-beda namun sayangnya standarisasi saat ini masih terstigma pada aspek normatif saja tanpa pemaknaan pada pemahaman dan perhatian khusus kepada pendidikan karakter ataupun keahlian lainnya selain normatif. Pun dengan peningkatan kualitas pendidikan, seperti tunjangan dan
kesejahteraan Guru, Tadi saja saya pribadi menemukan meme sindiran untuk kita semua, bagaimana seorang guru dibayar murah dengan tugas berat untuk mencerdaskan anak bangsa sedangkan selebritis dibayar mahal yang kerap memberi pengaruh negatif pada anak bangsa. Begitu pun dengan realisasi program wajib belajar 12 tahun, yang
ditunjang juga dengan kebijkan untuk penghapusan pungutan-pungutan liar
dilingkungan sekolah yang masih saja kerap terjadi. Serta perhatian penuh untuk
pendidikan kreatifitas anak yang seringnya terabaikan karena terlalu dominan
pada aspek penddidikan berbasis konseptual semata, peningkatan
pelatihan-pelatihan kreatifitas anak dan soft skill serta kreatifitas para anak
berkebutuhan khusus. Yang dijuga diikuti dengan regulasi sebagai payung hukum
untuk setiap hasil kreatifitas anak bangsa agar memiliki kesempatan luas untuk meningkatkan dan bersaing di
kompetensi global.