Kondisi pandemi Covid-19 hari ini memaksa setiap orang
untuk di rumah aja yang sepertinya untuk sebagian orang dirasa berat, karena
menyempitkan ruang gerak. Pun bagi saya pribadi, jenuh dan bosan saat harus di rumah
aja kerap menghantui. Kadang saya merasa
produktifitas saya menurun dimana hampir
sebulan penuh hanya dihabiskan di rumah aja, saya yang terbiasa wara – wiri pergi
kemana- mana, kini terganti oleh jempol yang sibuk berselancar di dunia maia.
Saat kemudian ajakan dari satu komunitas yang diikuti untuk #menebarKebaikan dengan
menggalang dana untuk ikut serta menanggulangi wabah dari pandemi Copid-19 ini, saya mendapatkan insight bahwa #menebarKebaikan bisa
meski dengan berdiam saja di rumah. Karena hanya berdiam diri di rumah kita sudah
turut andil dalam #menebarKebaikan dengan membantu mengurangi penyebaran virus corona
ini, tetapi dengan meningkatkan produktifitas kita untuk lebih bermanfaat
kepada masyarakat, maka kebaikan itu akan terus berlipat.
Kondisi saya yang
merasa tidak bisa berbuat banyak dalam situasi ini, mengingatkan saya akan
musibah bencana Banjir yang pernah terjadi di tanah kelahiran saya. Sejarah
mencatat 20 September 2016, petaka Banjir Bandang yang meluluhlantakan tujuh kecamatan
di Kabupaten Garut itu mengguncang hingga Nusantara. Satu sisi yang saya
syukuri dari bencana kala itu, saya terharu dengan rasa solidaritas kemanusiaan
dari masyarakat Indonesia yang bahu – membahu ingin meringankan beban dari
saudara kami warga Garut yang menjadi korban dampak musibah Banjir Bandang. Saat itu saya sempat merasa iri kepada para relawan yang terjun ke lapangan, kotoran dari lumpur tanah, sampai keringat basah mereka nampak gagah di mata saya. Sisi lain saat itu saya dibuat merenung dalam oleh sebuah head news online tentang Banjir Bandang Garut sebagai “Wisata
Bencana” karena banyak orang berbondong- bondong dari dan luar Garut ingin terjun ke lapangan dan melihat langsung
kondisi pasca banjir tersebut. Meskipun dari titik itu saya pun menemukan
hikmah, karena menambah relasi pertemanan serta menguatkan bonding antar sesama, bahkan salah satu teman saya ada yang menemukan
jodohnya, dan memang selalu benar ada hikmah bahkan dalam musibah sekalipun.
Alhamdulillah, tempat tinggal saya yang kebetulan jauh dari tempat kejadian tidak terkena dampak, dan satu minggu dari kejadian tersebut saya baru berkunjung ke lokasi, itu pun untuk mengungjungi kerabat keluarga yang terkena bencana sekaligus menemui tokoh setempat untuk berdiskusi mengenai pendistribusian bantuan agar tepat sasaran. Dari jeda waktu sebelum berkunjung ke lokasi kejadian tersebut saya merenung, jika dengan diamnya kita membantu maka lebih baik berdiam dirumah dan mewakilkan kepada mereka yang berkapasitas dan kompeten untuk menangani dalam penananggulangan bencana tersebut.
Alhamdulillah, tempat tinggal saya yang kebetulan jauh dari tempat kejadian tidak terkena dampak, dan satu minggu dari kejadian tersebut saya baru berkunjung ke lokasi, itu pun untuk mengungjungi kerabat keluarga yang terkena bencana sekaligus menemui tokoh setempat untuk berdiskusi mengenai pendistribusian bantuan agar tepat sasaran. Dari jeda waktu sebelum berkunjung ke lokasi kejadian tersebut saya merenung, jika dengan diamnya kita membantu maka lebih baik berdiam dirumah dan mewakilkan kepada mereka yang berkapasitas dan kompeten untuk menangani dalam penananggulangan bencana tersebut.
Kenapa tidak terjun langsung ke lapangan?
Karena niat baik kita
untuk #menebarkebaikan saja tidak cukup. Jika dengan keikutsertaan kita
dilapangan yang justru menyusahkan para relawan yang berkerja maka menjadi
bijak jika kita mengambil peran untuk menebar kebaikan dengan berdiam saja. Tentu diam yang tak sekadar diam. sejak
kunjungan kerabat itu, saya tak lagi mengunjungi daerah terdampak, jika yang
bisa dilakukan adalah tidak terjun langsung, maka saya tak perlu pergi ke
tempat kejadian. Selalu ada hal kecil yang bisa lakukan, misalnya mempecking barang bantuan, ikut menyiapkan
bubur bumil, menyiapkan kebutuhan relawan dll. Sejatinya kebaikan tak mengenal
panggung, dia yang ikut menanggung pasti akan terhitung.
Sejatinya kebaikan tak mengenal panggung, dia yang ikut menanggung pasti akan terhitung.
Kondisi banjir Bandang
kala itu related dengan saat ini,
agar dirumah aja dan tetap #menebarKebaikan. Misalnya dengan ikut berdonasi melalui Dompet
Dhuafa. Dompet Dhuafa adalah lembaga sosial yang terpercaya dan bukan sekadar
sebagai lembaga yang menghimpun zakat untuk lebih mengenal Dompet Dhuafa bisa melalui Dompetdhuafa.org. Saat ini Dompet Dhuafa pun ikut serta dalam #menebarKebaikan untuk
menanggulangi Copid-19. Banyak sekali program dari Dompet Dhuafa yang ikut dalam #menebarKebaikan dalam
penanggulangan wabah pandemi Copid-19 ini,
seperti pembagian APD untuk tenaga medis, pemasangan Disenfection
Chamber ditempat umum, sosialisasi
pencegahan Corona, layanan ambulans, pembagian sembako untuk keluarga rentan,
dll. Jadi bukan hanya rakyat yang bisa diwakilkan, tetapi #menebarKebaikan pun
mengenal keterwakilan tanpa mengurangi pahala dari yang mewakili atau yang
diwakilkan, inilah kerennya kebaikan
berbagi.
![]() |
Dompetdhuafa.org |
![]() |
Dompetdhuafa.org |
Pun halnya dengan
kondisi wabah Copid-19 saat ini, jika
peran kita yang berdiam diri bisa membantu, maka berdiamlah. Tetapi jika kita bisa
memaksimalkan peran kita dengan memainkan jempol untuk menggerakan hati para
dermawan agar ikut #menebarKebaikan maka lakukanlah. Tak ada peran receh karena
setiap orang bisa berperan dengan peranannya masing – masing. Para tenaga
kesehatan yang berperan di garda depan kita bantu dengan tidak memberikan
mereka beban lebih dengan tetap berdiam diri dirumah guna meminimalisir pasien
terjangkit Copid-19. Ternyata ada
kebaikan dalam berdiam saja, selama ada pergerakan #menebarKebaikan dalam
diamnya itu. Apalagi sebentar lagi kita akan menghadapi Ramadhan, bulan penuh
kebaikan. Terlalu disayangkan jika diam kita hanya sekadar diam.
Tulisan ini diiukutsertakan
dalam Lomba Blog Menebar kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”.