Dispersepsi Jomblo, Singlelilah dan Nikah Dalam Dakwah


Kali ini dibuat manggut-manggut, turut merasakan, iya. sama aku pun pernah merasakan..
Dalam forum udara pegiat literasi, ada yang mengeluhkan. Bait racikan hasilnya, seolah hanya dipersepsi dengan status kesendirian, atau nuansa hati yang sedang dilema. Dalam arti bahasa gaul, mereka yang berpuisi ria seolah sedang galau.
Andai bisa dimengerti,  racikan kata tanpa dramatisasi kalimat seumpama sayur tanpa garam. Sampai seorang teman berujar, "Jangan memposting melodi-melodi sendu jika kamu seorang jomblo" begitulah nasib jadi jomblo akan selalu dipersepsi rentan terkena infeksi virus andilau ( antara dilema dan galau), padahal dengan menikah bahkan kematian masalah tidak mungkin pernah selesai, soal postingan melodi, kita tak pernah tahu arti yang sebenarnya, sejatinya selalu ada konteks dibalik teks,  dan selalu ada makna yang tersirat dibalik yang tersurat.

Lain kasus, sebuah artikel memancing perhatian. Katanya fenomena aktifis dakwah hari ini seolah hanya berkutat pada singelillah, nikah ya begitulah. ..
Hmmm... bukan karena membela rekan jomblo sejawat, dibalik kesendirian seseorang kita tak pernah tahu ada banyak insan yang menikmati masanya berhahahhihihehheh menjadikan tema untuk memancing punch line yang gerrrrr berantakan, pembuka sapa juga tawa dalam mencairkan suasana. Nyatanya jomblo tak semerana itu kawan..

Selanjutnya, bukan tururt memboomingkan dakwah yang katanya garis halus, sekedar kampanye anti pacaran, singelillah, nikah ya sudahlah.. Fyi, pemuda katakanlah usia maba yang sedikit lebih dewasa dari usia SMA untuk bisa menanggung beban, hari ini didominasi oleh generasi milenia kelahiran tahun 2000-an, bahasa ilmiah lainnya mengkatagorikan generasi Z, jika sedikit mengupas karakter dari generasi Z ini, mereka adalah generasi yang terbiasa dengan gadget, kabar buruknya saking terbiasa dimudahkan dengan arus informasi mereka tidak terbiasa melakukan pekerjaan-pekerjaan yang merepotkan, bisa di bayangkan kehidupan generasi Z yang terlahir pada fase kemudahan informasi dan kemajuan iptek. Bersekolah, tugas ini-itu tinggal googling, ingin ini-ingin itu tinggal main jempol. Kita (setidaknya saya) leluhur generasi Z, setidaknya pernah merasakan zaman, bersekolah mengerjakan PR saat imformasi yang dicari tak ada dalam buku ataupun lks, yang dilakukan mencari sumber lainnya bisa ke perpus atau bertanya pada kakak kelas, bahkan sebelum Hp mendunia untuk berkabar ria pun, ada usaha kaki untuk berjalan menemukan wartel untuk bisa bersapa mengudara.

Sangat dimaklumi, jika karakter dari generasi Z ini lebih menyukai hal-hal yang have funny, nongki-nongki cantik di cafe-cafe, asyik berselancar di dunia maia. Itu artinya harus ada pula formalasi yang sesuai dengan kondisi kekinian. Jika kita tidak ikut berkecimpung di dalam dunia mereka, manabisa kita menarik mereka untuk bijak dalam internet misalnya. Dan hari ini tema yang  bisa diterima oleh semua kalangan masih ditempati oleh tema jomblo, memang tema jomblo ini juara bertahan yang tak tergeserkan sepanjang zaman. Coba tengok postingan kang Emil, gaya tuturnya selalu membawa kaum jomblo, bandingkan dengan postingan dia yang serius (politik) jumlah likesnya jauh menurun ketimbang postingannya yang berkawan dengan kaum jomblo.

Bukan pemakluman, karena memang tak tak dipungkiri fenomena hari ini aktifitas dakwah riuh ramai dengan syiar kampanye anti pacaran, hanya jika itu menjadi wasilah untuk mencerahkan bahkan mengetuk pintu-pintu keberkahan dalam menyongsong peradaban dengan bonus pundak-pundak mereka kemudian menguat dalam barisan, salahkah?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

5 komentar

komentar
20 Juli 2017 pukul 01.34 delete

Mantap nihhh... Tulisannya keren... Saya jadi pingin baca terusss

Blogme: budielkarim.blogspot.com

Reply
avatar
14 Oktober 2017 pukul 23.36 delete

Dakwah jalan terus. Apalagi dakwahnya berdua dengan pasangan (suami istri) insya Allah lebih menyenangkan dan maksimal.

Reply
avatar
15 Oktober 2017 pukul 01.06 delete

Kok baper yah baca komentnya, hi

Reply
avatar
15 Oktober 2017 pukul 01.08 delete

Kok baper yah baca komentnya, hi

Reply
avatar