Menggapai Hijrah

Adalah benar bahwa hijrah adalah proses panjang tapi tak berarti juga menjadi alasan menunda hijrah
Adalah benar pula bahwa hidup penuh dengan rintangan karena yg banyak rantangan itu namanya catering, ups *kidding dikit boleh kali, abaikan kalau joke itu sudah maenstream.
Hijrah adalah sebuah perjalanan. Yang panjangnya tak terukur oleh satuan KM. Istiqamah adalah ongkos untuk perjalanannya. Dan Firdaus adalah muara akhir tujuannya.  
Karena kita yang menentukan dan Allah pun menetapkan....
Eh bentar definisi dari hijrah dari itu sendiri belum dibahas, yuk mari kita kupas,  cekiddottt !
Dari kajian yg pernah diikuti, hijrah didefinisikan dalam dua konteks, pertama perpindahan tempat sebagaimana rasul pernah berpindah tempat dari mekah menuju madinah..
Sedang definisi lainnya terkait konteks makna yaitu perubahan menuju perbaikan, dan setiap orang tentu ingin mengupayakan menjadi lebih baik, gak mau dong menjadi orang yang merugi? Yups benar, karena jika hari ini masih sama bahkan lebih buruk dengan hari kemarin adalah kerugian pun sebaliknya yang hari esok lebih baik dari hari kemarin adalah  keberuntungan
Nah ketika kita melangkahkan kaki untuk berhijrah so pasti kita menemui rintangan, bener apa betul ??
Kadang definisi berat dan rintangan tersebut menjadikan kita stag dan melakukan pemakluman, misalnya kaya gini nih, Da aku mah apa ath segini ge udah uyuhan.. Please gais, untuk urusan akherat jangan mau minimalis yah. Firdaus masih bisa menampung banyak orang kok !
Rintangan tersebut akan terus menjadi berat selama kita tidak menghadapinya, katakanlah berhijab.
Dulu mulanya dia adalah hal yang berat untuk dilakukan, bener gak? kan gak ujug-ujug lahir langsung berhijab? dan nyatanya setelah mulai mengenakannya. Sedikit demi sedikit gak kerasa lagi beratnya untuk berhijab dan hijab  mulai bisa menjadi bagian dari kita. Apalagi sekarang hijab syar'i mulai menjadi trend fashion. Senang kan kalau kamu bisa mnegikuti syariat agama sekaligus gak ketinggalan jaman? Aku sih gak masalah  dengan adanya trend hijab, setidaknya syiar hijab menjadi booming daripada fashion yoo can see yang menjadi trend centter mending hijab kemana-mana, masalah  berbondong-bondong wanita mulai berhijab karena trend. Tak apa,  Allah maha baik, selalu memberi kesempatan hambaNya untuk memperbaharui niat, imbangi dengan syiar bahwa sebaik-baik berhijab adalah untukNya bukan untuknya.
Ukuran berat dalam definisi pria biasanya adalah rokok, berat yah untuk pensiun dari rokok? Aku gak perlu yah review ulang bahaya rokok, toh dia sendiri udah nemplong dikemasannya, dan hei ramadhan aja bisa tuh berhenti di siangnya, kenapa tidak dilanjutin sampe malamnya...
Atau pacaran? yang bisa menjadi berat baik untuk wanita atau lelaki ..
Gini yah, kalau urusannya dengan virus merah jambu, cuma dua solusinya. Sudahi atau nikahi? berat untuk nikah? Ya udah puasa, simple kan?engga.. Ya udah asyikin aja jadi jojoba, jomblo-jomblo bahagia, kan enak gak direncongin oleh orang lain, berisik kali kalau setiap menit ada yang nanyain lagi apa? atau ucapan gombal met pagi, met malam, situ customer service yah? jomblo asyikin aja,
http://restitriherdiyanti.blogspot.co.id/2016/09/jomblo-asyikin-aja.html

Katanya sih gak semudah itu, lalu semudah apa dong, semudah mengembalikan telapak tangan?
Guys gini yah, setiap kita punya definisi dari apa yg menjadi tintangan terbesarnya dalam berhijrah, aku mah sih masih mending gak dihadepin dengan resiko dipecat dari jabatan untuk berhijab misalnya, kehilangan karir atau jodoh karena beruntung ada dalam lingkungan yang support tapi tetap saja untuk sampai di titik ini tentu tidak ujug-ujug pasti ada proses yang dilalui, kalaupun dari kalian ada yang menghadapi resiko tadi, yakinlah Allah akan ganti dengan yang lebih baik, berkah dariNya jauh lebih baik dari patamorgana dunia.
Bahkan mereka yang sedang proses menata jalan hijrahNya, tidak serta merta telah sukses dalam berhijrah. Kita tidak pernah tahu ujung jalan dari perjalanan hijrah ini, tugas kita hanya taat.
Btw masalah ujian, pasca hijrah juga pasti nemu lagi ujiannya. Ada ujian istiqamah, setelah istiqamah level berikutnya semakin berat, dia harus menjadi qudwah bagi ummat. Well, ujian yag gak kalah beratnya itu ikhlas, jangan beralibi nunggu ikhlas untuk berhijab, karena tidak ada keikhlasan dalam kemaksiatan. so masih mau alibi hati untuk menunda perintahNya?
Well... Hidup itu memang bebas, bebas dalam arti memilih, memilih taat atau maksiat.. bukan bebas yang kebablasan.
Kadang kita pun asyik berlindung dibalik menjadi diriku sendiri, padahal dengan berhijrah tak mengubah karaktermu, hanya berpindah dari titik maksiat menuju titik taat, sebagaimana umar pasca hijrahnya tetap dikenal sebagai tokoh yang tegas dan kuat yang justru dengan kekuatan yang sudah menjadi karakternya menjadi semakin berkharisma dengan sentuhan cahaya Islam, saking kuatnya kharisma ketegasannya setan pun takut mengdapati Umar...
Oke guys mari jadikan waktu yang kita miliki sebagai momentum perbaikan, mari berhijrah.

Alergi politik

Menjadi benar apa yang sering kita lihat dan dengar,  derasnya informasi hari ini banyak mengabarkan kebobrokan negeri pada setiap sektornya. Kemudian kita membenarkan simpulan yang terjadi hingga kita mengidap penyakit alergi politik. Hanya mengapa, masih ada justifikasi invalid atas asumsi dari pihak yang terafiliasi. Bak seperti spam. Selama asumsi yang lahir, tak mengandung paksaan untuk mengikuti pilihan. Mengapa harus berkompetensi tanpa merajut kolaborasi??

Alergi politik ini kemudian datang bersama turunannya yang bernama epilepsi politik. Kejang-kejang mendengar setiap kali kebobrokan itu menjadi pengulangan kabar menghiasi layar 21 inci pada setiap rumah.
Alergi politik pun memberikan turunannya lagi  bernama amnesia, bahwa pada setiap pundak telah terbebani amanah yang sama untuk mengelola segenap alam semesta.
Bahwa manusia diberikan hak dan kewajiban oleh Allah untuk menjaga keteraturan dan keseimbangan alam
.Naluri alami ketika kebaikan yang ingin kita upayakan, semesta mendukung dengan sendirinya. Tidak melulu bernegatif thinking tentang politik, tidak juga menjadi seorang yang polos menjadikan diri tumbal kepada para pemain kebijakan.
 Terlalu menuntut perubahan dengan tanpa menyalakan lilin lebih menjadikan kita seorang retoris utopis semata. Kawan dengan atau tanpa kita sadari, pilihan selalu ada dalam genggaman. Pembeda hanya ada dalam cara kita memaknai pilihan yang terambil. Juga pilihan untuk terus memperbaharui pilihan dan atau bertahan dalam pilihan..

Mari bersama menjadi kita meski dalam pilihan yang berbeda,  menata objektif yang kini begitu relatif..
Tidak perlu bijaksana dengan definisi realita yang mengubah diksi menjadi bijak sana dan bijak sini..
Karena itu hanya akan mengaburkan warnamu...
Absurd, bias juga ambigu..
Cukup aku, kamu menjadi kita dengan pilihan masing-masing.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqadimmah bahwa ijtima insani (organisasi kemasyarakatan) adalah keharusan dan manusia bersifat siyasi menurut tabi'atnya. Dan hak kebebasan manusia ialah kebebasan menentukan pilihan sebuah institusi siasah. Kesadaran kolektif menjadi cikal bakal timbulnya apa yang disebut bilad/balad (negri). "Ketahuilah sesungguhnya syariah itu adalah pokok dan raja itu adalah penjaganya. sesuatu yang tidak punya pokok akan hancur dan sesuatu yang tidak ada penjaganya akan musnah" (Imam Ghazali). Mari menyembuhkan diri dari penyakit alergi politik, menjadikan diri seorang raja untuk menjaga dalam setiap pilihan dan metode  untuk memberi peran sekecil apapun jalan kontribusi yang kita ambil.