Teringat salah satu acara ajang pencarian bakat yang kini menjadi booming. Yups stand up comedy, para comica sebutan bagi mereka yang pandai mengocok perut dengan gaya berkomedi seorang diri. Mereka para comica tersebut, selalu ditantang oleh pementornya untuk membawakan keresahan sebagai materi yang dibawakan untuk menghadirkan tawa yang pecah atau grrr yang berantakan Menertawakan Keresahan...
Lalu apa kaitannya dengan postingan kali ini? mari kita sedikit bercermin dari stan up comedy, selalu ada kebaikan yang tak kasat mata dalam banyak hal.
Menertawakan Keresahan.
Mungkin iya, menjadi alternatif penghibur lara kala dirundung gelisah dengan mertawakan keresahan.
" Aku Gelisah"
"Aku Galau"
"Aku Andilau"
Pernah menemukan postingan ini di jagad sosmed? yups, ini bagian dari menertawakan keresahan. Tapi perlu dicatat ada beda tipis antara alayers dengan menertawakan keresahan yang menjadikan diri kita sebagai diplomat ulung dalam soal negosiasi perasaan untuk berdamai dengan hati. Dan dalam keduanya, memahami lebih baik daripada menghukumi.
Menertawakan keresahan....
Ada hal lain juga yang harus kau ingat? agak kurang elok jika menyerang setiap muda-mudi yang menertawakan keresahan dengan sebutan alay. Karena muda-mudi hari ini adalah lebih banyak bagian dari generasi Y dan Z. Oh bukan, tentu kita tidak sedang membahas persamaan linear. Y dan Z adalah sebutan generasi yang hari ini mendominasi. Singkat jelasnya, generasi Y adalah generasi Milineum dengan kelahiran antara 1981- 1994 dan mulai terbiasa dengan teknologi sedang Z atau I-generation adalah mereka yang lahir dari tahun 1995-2010 yang sedari kecil, generasi ini sudah akrab dengan gedget . Tentu dengan karakter yang berbeda tersebut, perlu kiranya sentuhan yang berbeda. Jika generasi dulu sebelum generasi X terbiasa menikmati kehidupan dengan rintihan dan perjuangan tentu tak ada episode bagi mereka untuk menertawakan keresahan karena zaman telah menjadikan mereka pribadi yang tangguh. Berbeda dengan masa kini yang didominasi oleh generasi Y dan Z. Terbiasa dengan kemudahan dan serba instan dan hal itu pun menjadikan mereka selalu ingin ada pada zona nyaman.Hingga tak aneh, sedikit saja mereka bersentuhan dengan masalah, mereka akan bersorak "Aku Galau". Ya, mereka menertawakan keresahannya.
Bahwa memahami adalah bagian dari terfahami, maka berbicaralah sesuai dengan masanya, benar bahwa ada hal mutlak yang tak lekang oleh waktu tapi menjadi tugas bagaimana menyampaikannya. Akan selalu ada beda dalam setiap beda. Dan relatif itu cantik karena cantik itu relatif begitu maenstream. Relatif dalam menilai beda berarti cantik dalam beda. Selamat geleng-geleng kepala jika rumit dalam mencerna kalimat penutup ini karena sekali lagi, selamat mencoba untuk menertawakan keresahan.