Jomblo?? Asyikin aja

Jomblo itu bukan kutukan, katanya sih pilihan, pilihan untuk ngenes maksudnya, eh engga ding, pilihan hiduplah karena pacaran itu haram. Dan ada masanya status jomblo itu kadaluarsa, bukankah tidak ada yang abadi? So jomblo? Asyikin aja..

Bercermin dr stand up comedy, setiap keresahan yang dirasa menjadi bahan  materi untuk mereka.
Bisa di tebaklah keresahan seseorang yg sudah melewati tahap pertanyaan kapan lulus? 
Jangan ditanya,, sesering apa ditanya kapan nikah? Bang toyib aja cuma 3X lebaran ditanya kapan pulang, ini rekan mblo sejawat mungkin ada yang melewati lebih dari tiga lebaran dengan pertanyaan yang sama..
Sabar yah mblo, insya allah akan indah pada waktunya....
sampai kapan? Yah sabar kembali sebagai jawaban..

Yups inilah keresahan sejuta ummat, kebingungan mencari kunci jawaban kapan nikah, daripada mengutuki kemacetan yang menyebabkan tak kunjung datang tamu mending memanfaatkan  moment pencarian kunci jawaban itu sebaik mungkin....
Sendiri itu asyik tapi jangan keasyikan sendiri yah hehe
Hal-hal yg mengundang bapermu, ternyata bisa dijadikan pengkondisian tahap awal, percis siang ini, menemani kondangan mamah.   Asyik aja berasa sedang merajut harmonisasi yg indah, jalan bareng dengan mamah serasi dengan seragaman kan jarang punya moment jalan bareng sama mamah sendiri saat kita beranjak dewasa, eh tapi kemudian my mom berasa mendapat inspirasi tentang bagaimana setting latar pelaminan anaknya nanti, dia langsung request, nanti pelaminannya sebelah sana, panggung disana, nah daripada merusak suasana karena nganggap ditodong mantu mending lanjut sharingnya anggap aja pengkondisian tahap awal...
"Oke mah, tapi tamunya ntar dipisah yah dan pengisi hiburan nya nasyid yah" jawabku ..
"Kok gitu?"
Bla..bla... Masuk point pengkondisian sekalian menanamkan apa yang kita fahami meskipun ujungnya pernyataan yang seperti ini yang terlontar "kaya yang udah ada calonnya"
Kasus lainnya, sewaktu-waktu pernah ada kawan mamah telepon ,, rupanya kawan lama ibu ini termasuk ibu yang care terhadap anaknya, saking carenya dia mau mencarikan istri untuk anak lakinya, my mom pun menyebut satu anak gadis tetangga, perbincangan itu disaksikan oleh aku dan kakak pertamaku, sempat kakakku protes, "kenapa engga diarahkan ke resti"  dengan sedikitnya mamah sudah memahami dunia sang anak, dia pun bisa menjawab dengan bijak "bukan kriteria resti, dia mah anti sama perokok !" alhamdulillah bisa bernafas lega, beda konteks kalau penanaman tentang seperti apa yang kita fahami dan yang kita inginkan mengenai pernikahan itu belum sejalan dengan keluarga, karena kemungkinan memunculkan resiko ketidaknyamanan itu makin kuat, dengan faham sedikit tentang apa yang kita inginkan, tentu orangtua pun akan berfikir jauh sebelum mengambil kesempatan untuk menjodohkan. Akan sangat tidak nyaman, jika orangtua sudah mengambil sikap  untuk turut memilihkan calon sekalipun itu bagian dari tugasnya dan bentuk kasih sayangnya, mending kalau dapat yang sesuai, kalau engga?  gak enaknya doeble kuadrat bro !
Nah itu untuk tatanan keluarga, paradigma yang bikin ngebaperin itu bisa dirubah jadi pengkondisian, kalau kawan, sahabat yang turut ribut nodong undangan, gimana?
Masih bisa mengubah hal yang mengundang baper itu menjadi sesuatu yang lebih enakan dihati?
Bisa kok bisa, kalau aku sih dimasa rentan serangan tanya kapan ini diolah alih menjadi bahan nutrisi merancang ramuan kata hehe..
Semisal tulisan ini, lumayan kan bisa untuk menuhin postingan blog wkwkwkwk....

Menertawakan Keresahan

Menertawakan keresahan...
 Teringat salah satu acara ajang pencarian bakat yang kini menjadi booming. Yups stand up comedy, para comica sebutan bagi mereka yang pandai mengocok perut dengan gaya berkomedi seorang diri. Mereka para comica tersebut, selalu ditantang oleh pementornya untuk membawakan keresahan sebagai materi yang dibawakan untuk menghadirkan tawa yang pecah atau grrr yang berantakan Menertawakan Keresahan...
Lalu apa kaitannya dengan postingan kali ini? mari kita sedikit bercermin dari stan up comedy, selalu ada kebaikan yang tak kasat mata dalam banyak hal.

 Menertawakan Keresahan.
Mungkin iya, menjadi alternatif penghibur lara kala dirundung gelisah dengan mertawakan keresahan.
 " Aku Gelisah"
 "Aku Galau"
 "Aku Andilau"
 Pernah menemukan postingan ini di jagad sosmed? yups, ini bagian dari menertawakan keresahan. Tapi perlu dicatat ada beda tipis antara alayers dengan menertawakan keresahan yang menjadikan diri kita sebagai diplomat ulung dalam soal negosiasi perasaan untuk berdamai dengan hati. Dan dalam keduanya, memahami lebih baik daripada menghukumi.

 Menertawakan keresahan....
Ada hal lain juga yang harus kau ingat? agak kurang elok jika menyerang setiap muda-mudi yang menertawakan keresahan dengan sebutan alay. Karena muda-mudi hari ini adalah lebih banyak bagian dari generasi Y dan Z. Oh bukan, tentu kita tidak sedang membahas persamaan linear. Y dan Z adalah sebutan generasi yang hari ini mendominasi. Singkat jelasnya, generasi Y adalah generasi Milineum dengan kelahiran antara 1981- 1994 dan mulai terbiasa dengan teknologi sedang Z atau I-generation adalah mereka yang lahir dari tahun 1995-2010 yang sedari kecil, generasi ini sudah akrab dengan gedget . Tentu dengan karakter yang berbeda tersebut, perlu kiranya sentuhan yang berbeda. Jika generasi dulu sebelum generasi X terbiasa menikmati kehidupan dengan rintihan dan perjuangan tentu tak ada episode bagi mereka untuk menertawakan keresahan karena zaman telah menjadikan mereka pribadi yang tangguh. Berbeda dengan masa kini yang didominasi oleh generasi Y dan Z. Terbiasa dengan kemudahan dan serba instan dan hal itu pun menjadikan mereka selalu ingin ada pada zona nyaman.Hingga tak aneh, sedikit saja mereka bersentuhan dengan masalah, mereka akan bersorak "Aku Galau". Ya, mereka menertawakan keresahannya.

Bahwa memahami adalah bagian dari terfahami, maka berbicaralah sesuai dengan masanya, benar bahwa ada hal mutlak yang tak lekang oleh waktu tapi menjadi tugas bagaimana menyampaikannya. Akan selalu ada beda dalam setiap beda. Dan  relatif itu cantik karena cantik itu relatif begitu maenstream. Relatif dalam menilai beda berarti cantik dalam beda. Selamat geleng-geleng kepala jika rumit dalam mencerna kalimat penutup ini  karena sekali lagi, selamat mencoba untuk menertawakan keresahan.