Bersama meski beda dalam pilihan

Saat langit berganti, kala kau memiliki satuan hitung. Mukalaf begitu kaidah menyebutnya, dimensi lain menamainya transisi
Kala kau berdiri antara diantara
Kanak dan dewasa..
Tertidur dan terjaga
Bisu dan bising..
Juga pilihan ratusan antara lainnya, yang akan terus mengiringi perjalanan laju detik masamu...
Bahwa air yang mengalir pun faham kemana dia harus mengalirkan alirannya. Lalu sudahkah kita memaknai langkah kaki yang kau tapaki?
Kawan dengan atau tanpa kita sadari, kau telah menggemgam satu pilihan. Pembeda hanya ada dalam cara kita memaknai pilihan yang terambil. Juga pilihan untuk terus memperbaharui pilihan dan atau bertahan dalam pilihan..
Hanya mengapa, masih ada justifikasi invalid atas asumsi dari pihak yang terafiliasi. Bak seperti spam. Selama asumsi yang lahir, tak mengandung paksaan untuk mengikuti pilihan. Mengapa harus berkompetensi tanpa merajut kolaborasi??
Mari bersama menjadi kita meski dalam pilihan yang berbeda,  menata objektif yang kini begitu relatif..
Tidak perlu bijaksana dengan definisi realita yang mengubah diksi menjadi bijak sana dan bijak sini..
Karena itu hanya akan mengaburkan warnamu...
Absurd, bias juga ambigu..
Cukup aku, kamu menjadi kita dengan pilihan masing-masing...

Garut, Papandayan dan pendaki newbie

 Aku adalah seorang warga dari sebuah kabupaten yang dikelilingi Gunung. Garut, kota yang memiliki panorama alam yang wuarbyasah indah. Eldewies dan hutan mati, kepunyaannya Papandayan. Guntur  Si terjal pasir bebatuan, Semerunya Jawa Barat. Juga Cikuray, tanah diatas awan, begitu ku menyebutnya. Meski belakangan, selain tiga gunung yang terkenal dari kota kelahirannku itu, ada dua pegunungan lagi yang tak kalah menariknya, pegunungan karacak, salah satu gunung yang terkenalnya adalah gunung Sadahurip yang menyerupai piramida. Terakhir, pegunungan yang kelima adalah pegunungan limbangan atau linggarjati, sesuai dengan logo Garut yang dikelilingi lima pegunungan. Untuk dua gunung terkahir, perlu pendampingan dari pihak yang expert, selain terjal jalanan, masih ditemui bintangan buas terutama gunung kawasan Linggarjati.

  Dulu aku agak skeptis, jika yang menjadi tujuan adalah keindahan potret alam. Tanpa muncak, tanpa mdpl, tanpa SLR, keindahan itu masih bisa di temui dikampung kelahiran. Karena Tanah priangan ini miliki warisan Tuhan dengan kekayaan keindahan disetiap jengkalnya. Seperti Sesederhana ku menemukan pergantian hari di langit jingga kala itu.


Setelah Film 5 cm itu booming, trend haiking begitu menjamur di pasaran. Hampir setiap week end, aku selalu melihat pemandangan rombongan orang-orang berkeril. Gunung seolah menjadi tempat destinasi wisata yang menarik untuk di kunjungi. Sedikit kutipan dari  Soe Hok Gie yang selain terkenal dengan perlawanan kritisnya terhadap pemerintah dengan tulisan-tulisan pedasnya, dia juga adalah seorang pecinta alam, tepatnya pendiri pertama Mapala UI.

Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.

Tanya itu akhirnya mengusik, sudah sejauh mana aku mengenali kearifan lokal dari kekayaan alam  dari tanah kelahiranku? Maka pendakian pertamaku akhirnya menemukan jodoh.Yups papandayan adalah gunung yang tepat bagi para pendaki newbie sepertiku. Tepatnya tanggal 1-3 April aku mengikuti rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh ODOJ (One Day One Juz) yakni khataman al-Qur'an di puncak Papandayan.
Ini pendakian pertamaku, yang tak sekedar pendakian. Ada ukhuwah yang ku temui, ada filosofi perjuangan yang ku peluk erat.Memberi arti tentang kebersamaan, perjuangan dan Alam.
Sebagai pendaki newbie aku mengikuti arahan dari panitia tentang apa saja yg harus dipersiapakan, tentang keperluan haiking menjadi tugas per tenda dan regu untuk saling melengkapi, seperti tenda dan alat- alag masak. polosnya aku menyertakan castrol, yups castrol dalam ukuran cukup memberi beban dan mengurangi kapasitas kelirku.Alhasil aku masih memerlukan tas tambahan untuk menyimpan makanan, dompet dan Hp.Salahnya lagi, aku bukan malah mengambil tas slempang ukuran sedang, melainkan tas gendong, alhasil pendaki newbie ku ala-ala kulkas dua pintu yang rempong sendiri dengan tentengannya.

 yah beginilah, penampakan pendaki newbie ala kulkas dua pintu :)

Inilah letak wuarbuasyahnya pendakian papandayan ini, cukup aku akui tracknya memang bersahabat untuk kaum newbie sepertiku, banyak mendapatkan bonus begitu para pendaki menyebutnya. Tapi rasanya bonus itu berasa hangus sendiri dengan tengtengan dan beban kelirku. Ada sebernarnya yang berbaik hati menawari untuk membawa kelirku, ah sayang aku terlalu gengsi untuk menerima tawaran dari pria yang tak dikenal itu, hayati malu bang. huahua
Tak aneh jika selangkah demi selangkah aku mengistirahatkan diri.Tak aneh pula, jika aku yang sampai terakhir di pondok saladah diantara rekan segrupku.
Dan tentang persaudaran itu,papandayan mendekap kita semua dalam tali ukhuwah, kalian yang baru ku temui, begitu hangat menyemai rasa persaudaraan.

 pertama kita bertegur sapa :)


Menyatukan asa dalam berkoordi-nasi hehe



Team Kompak, siap muncak !


Ngeksis di hutan mati papandayan


khataman di puncak Papandayan


 Selanjutnya kapan, kemana kita?

Nb : :fhoto dari berbagai sumber