Mata Kuliah dari Sebuah Novel Tere Liye (Review Negeri Para Bedebah & Negeri di Ujung Tanduk)

Mata Kuliah dari Sebuah Novel Tere Liye (Review Negeri Para Bedebah & Negeri di Ujung Tanduk)


Review Dwilogi Novel Tere Liye
Judul 1: Negeri Para Bedebah
Terbit: Juli 2012, Cetakan ke empat Mei 2013
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 433 halaman

Judul 2: Negeri di Ujung Tanduk
Terbit: April 2013, Cetakan ke tiga Mei 2013
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 359 halaman

Sudah ku bilang, novel itu bukan sebatas roman picisan, dia fiktif tapi bisa sangat informatif. Serial novel ini adalah SKS tentang ekonomi juga politik yang paling asyik ku pelajari. Karenanya aku mengerti tentang perkawinan antara Ekonomi dan Politik.  Negeri Para Bedebah dan Negeri Di Ujung Tanduk adalah dwilogi novel Tere Liye yang antri maenstream. Novel  fiksi tapi nyata, bak mengadopsi cerita true story yang  mengungkap keanehan dalam kenyataan hidup. Kita sudah sangat mafhum dengan kemampuan Tere Liye dalam merangkai kata, pun dengan novel ini sukses berat membawa kita tersesat pada sebuah negara antah berantah seperti judulnya berada di ujung tanduk, bukan karena Negara Api menyerang melainkan para bedebah-bedebah bertopeng yang juga tak kasat mata. Yah meski aku menggerutu aneh, kenapa buku sebagus ini tidak (belum, mungkin ) best seller atau diangkat dilayar film? Aku tak bisa membayangkan jika dwilogi novel ini diangkat menjadi sebuah film, mungkin setiap penonton akan berceloteh ala manusia lupa ingatan, aku dimana, itu Indonesia?

Bagaimana tidak, konflik dimulai ketika sebuah bank sebut saja Bank Semesta mengalami kebangkrutan total (mirip dengan bank Cent****) Tom sebagai tokoh utama berperan untuk menyelamatkan Bank tersebut dimana pemiliknya adalah Om-nya sendiri, Liem Soerja. konflik batin dimulai ketika Tom yang sangat idealis dan berprofesi sebagai konsultan keuangan  mengerti betul ihwal mula kebangkrutan ini dimulai yang tidak lain karena ketamakan manusia-manusia kapitalis. Dia menaruh benci karena menganggap awal dari kenapa dirinya sebatang kara adalah karena ketamakan om-nya dalam menjalankan bisnis reksasa yang dimilikinya. Iya, sang tokoh dikisahkan memiliki masa lalu yang kelam, orang tua yang terbunuh karena arisan berantai milik keluarga, dan kepahitan masa lalu itu yang menjadikan Tom dewasa belajar banyak sehingga membawanya di puncak karir.Tapi dia tak bisa berdiam diri begitu saja menyaksikan Om-nya menjadi buronan padahal sejatinya ada bedebah dibalik bedebah lainnya yang masih berusaha keras menguras kekayaan ekonomi negara juga pada akhirnya dia mulai mencium motif tersendiri dari orang-orang disekitar Om-nya yang mengingkan kehancuran keluarga.

Pada sekuel pertama, semua tokoh seolah memiliki kebedebahannya masing-masing. Termasuk tokoh utama sendiri. Berbeda dengan novel- novel lainnya, tokoh utama pun tidak terlepas dari sifat bedebah. Kebedebahan-nya dimulai ketika dia mengambil keputusan untuk menyelamatkan Bank Semesta dan Om-nya, memaksa dia melakukan sifat-sifat bedebah seperti melarikan diri, bertarung  dan menyuap petugas polisi. Alur waktu yang diceritakan pun sangat menarik, hanya dua hari dengan spot tempat yang berbeda-beda di dalam dan luar negeri. Dia (Tomy) bukan hanya mahir bertarung secara logis tapi juga otot karena dia adalah aggota dari club rahasia (petarung-petarung). Kecerdasan intelektualnya ia tunjukkan dengan melempar isu "dampak sistemis" atas kasus yang menimpa Bank Semesta. Kemampuan tarung pun disajikan dari novel ini. Berkali-kali ia lolos dari maut yang mengancam jiwanya karena keputusan untuk menyelamatkan Bank Semesta. Dalam novel ini, waktu begitu digambarkan menjadi harta yang baling berharga. Tom hanya memiliki waktu dua hari untuk menyelsaikan misinya. Singkat ceritanya, misi terselesaikan dengan bantuan teman-teman disekitarnya yang berdedikasi membantu bukan sekedar karena upah. Terkuak bahwa ada orang dalam kepercayaan kelurga Liem yang menaruh dendam dan bersekongkol dengan Tuan Shinpei, tokoh bedebah paling bedebah di novel ini. (untuk lebih lengkapnya, plis baca sendiri yah asli seru)

Masuk pada sekuel kedua, ketika Tom semakin berada di puncak karir dengan kasus yang berhasil ditanganinya yaitu penyelamatan Bank Semesta yang pada akhirnya Tom membayar kebedebahannya dengan menyerahkan Om-nya untuk di proses hukum. Tom dengan perusahaan konsultan keuangannya membuka devisi baru, yaitu konsultan politik. Kali ini ia memegang clien yang teramat penting, yaitu seorang politikus berinisial JD untuk maju di bursa pencalonan presiden dengan mekanisme konvensi dari parpol yang mengusungnya. (Mirip-mirip sama cerita sebelah kan yah?)

Konflik dimulai ketika sang calon diindikasikan melakukan tindak korupsi. Tentu Tom bergerak cepat untuk menyelamatkan cliennya, baginya misinya bukan sekedar mengembalikan nama baik dan mengusung sang clien pada bursa pencalonan presidan lalu kemudian mendapatkan imbalan. Tetapi ada panggilan nurani sesama almamater "anak-anak khusus" juga dedikasinya untuk menaruh orang yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Dia sangat yakin, ada tangan yang tak menghendaki cliennya untuk menjadi seorang pemegang kekuasaan. Ada bedebah yang takut terdepak dan kehilangan kendali. Lagi, waktu yang dimiliki Tom hanya dua hari. Sebentar disini, lalu disana.  Dalam kurun dua hari itu Tom harus kembali bertaruh hidup dan mati, keluar masuk penjara. Menghadapi fitnah, intrik dan ancaman.

Endingnya, Tom kembali sukses memainkan perannya, terungkap siapa bedebah dibalik bedabah yang sesungguhnya yang sebenarnya adalah tuan Shinphei. (Masih kurang jelas yah? so pasti detail jelasnya disana ada di novelnya)

Pembelajaran berharga dari Novel ini adalah perkawinan antara ekonomi dan politik akan menghasilkan turunan masalah yang konfleks. Bagaimana  keduanya tidak bisa dihilangkan satu samalain dan saling berhubungan.

Muslim Saja Tak Cukup


Selesai Isya, ada jeda sebelum masuk sunnah tarawih..
"Teh pindah posisi, eh keula teh (sunda : Eh bentar kak). Mau tanya bener gak sih kalau mau ba'da, sunnahnya ganti posisi, ada dalilnya?" 
"Eh, apa yah( loading) gak tahu beud, aku mikirnya pindah posisi itu sebagai tanda untuk yg kemungkinan ngemasbuk, dengan shaff yang renggang mereka jadi ngeh kalau shalat yg dikerjakan itu sunnah, bagian pindah posisi itu sunnah atau bukan, belum dapat ilmunya (belum dapet apa gak nyari)
Ternyata benar, muslim saja gak cukup tapi harus berilmu...
Lalu kemudian teringat kembali, keterhubungan yang semisalnya. Kali ini tentang ekspektasi...
Dialog lama yang masih ku ingat betul,
"Teh mihwar apa artinya?"
"Fahami aja konteksnya, nanti juga ngerti sendiri artinya apa?"
"Aku nanya arti mufradhatnya, ngeh kok maknanya..bilang aja gak tahu, kumaha sih 3tahun mts+3 tahun aliyah teh !"
"Wkwkwk...gak ada kosakata itu,gak nemu kosakata mihwar  waktu sekolah, (ngeles level tinggi), partner dialog dan debat masih orang yang sama, rekan kuga kerabat mblo sejawat wkwkwk
Lalu setelah kita muslim, kemudian mencari jalannya untuk berilmu akan bertemu dengan kondisi internal untuk memilih, memilih pilihan jalan untuk berilmu sedang sisi lain ekspektasi dan praduga sebagai pihak eksternalnya, membentuk standarisasi  jika dan jika maka, apabila A seharusnya A. Keterhubungan yang naik kelas.
Tapi ternyata tugas tak sampai disitu.  Menjadi muslim saja tak cukup, beriman dan berilmu pun masih tak lekas menjadi usai.  Berakhlak mulia, PR berat selanjutnya.
"Aktifis Dakwah, masa gitu !" 
kalimat lama yang seolah menjadi kaset lama yang terus akan di replay ulang, PR yang berlaku untuk semua muslim. Ralat bahkan semua insan. Akhlah mulia adalah perisai dan sebuah kebaikan yang universal tanpa memandang suku, agama juga golongan. Yang balasannya pun universal, siapa yang menanam dia yang memetik, tapi karena kebahagian yang ingin dicapai adalah dunia dan akherat itulah kenapa akhlak harus pula disertai iman. Sekaligus antitesis bahwa semua agama itu baik.Tepatnya semua agama memang baik, tapi Islam jalan kebenaran juga keselamatan.
Terkait ekspektasi tadi, benar bahwa akan ada ekspektasi yang semakin meningkat. Saat kita salah bukan lagi atas nama pribadi yang mereka lihat tapi ada keterhubungan yang secara tidak sadar akan terbangun, namun ia menjadi reminder terbaik untuk terus menata diri bukan memenjarakanmu dalam kemunafikan. Saat kita salah, ada pandangan yang melirik cirle lingkaran kita. Ambil contoh oknum aktifis yang doyan pacaran, tanpa sadar ada pandangan mereka yang juga memberikan stigma negatif pada lembaga yang diikuti oleh si oknum aktifis tadi.
Syukurilah keberadaan yang membawamu dalam keterhubungan, karena yakinilah dalam kesendirian itu jalan futur begitu menggiurkan, kamu tahu betul srigala akan melumat habis domba yang hilang dalam komunitasnya.

Ramadhankan Hari, Dengan Berani Berbagi

Ramadhan adalah bulan yang istimewa, sehingga tak aneh jika setiap orang menyambutnya dengan semarak.  Ada hikmah terselip dari ketentuan puasa pada bulan Ramadhan. Betapa tidak semua orang muslim mukallaf tanpa terkecuali makan dan minum pada waktu yang sama, yakni saat sahur dan berbuka tak peduli status dan kasta. Seperti menggugah kepekaan sosial akan apa yang teralami oleh saudara kita yang sering berkawan dengan kelaparan. Rasa peduli itu bisa terbangunkan dari tidurnya saat kita ada pada satu frekuensi yang sama.
Jika kamu mudah peka bahkan tanpa kode untuk sebuah perasaan yang belum pasti, kenapa tidak untuk membangun kepekaan dengan mereka yang kurang beruntung, tenang Allah sudah memberikan kode balasan yang pastinya bukan sekedar janji palsu.

Ramadhan adalah momentum saat pahala dilipatgandakan. Sungguh, sangat disayangkan jika pundi-pundi pahala kita stagnan berjalan ditempat sedang digit dosa terus berjalan.  Lapar dan dahaga yang terasa semoga memanggil nurani kita untuk tergerak menebar kebaikan. Berbagi menjadi pintu untuk mengetuk kebahagian. Ingat berbagi, ingat Sekolah Relawan. http://www.sekolahrelawan.com/ Apa itu Sekolah Relawan? Sekolah Relawan adalah lembaga sosial kemanusian yang berfokus pada empat hal yakni sosial kemanusiaan, edukasi kerelawanan, advokasi dan  pemberdayaan masyarakat. Kenapa harus dengan Sekolah Relawan? saat sendiri dirasa tak cukup punya kekuatan untuk melebarkan sayap dalam berbagi menebar kebaikan, entah itu keterbatasan waktu, fisik juga materi maka bersinergi dengan lembaga sosial seperti Sekolah Relawan bisa menjadi pilihan. Saat tak cukup waktu atau fisik, maka Sekolah Relawan bisa menjadi perpanjangan tanganmu untuk mengetuk bahagia. Pun saat kendala materi mengganjal, maka sumbangsih tenaga bisa kita gunakan.

Seperti semboyannya, terinspirasi dan terus bergerak Sekolah Relawan mencoba terus memberikan inspirasi dan bergerak untuk  menerbar kebaikan dengan program Ramadhan  Berani Berbagi http://www.sekolahrelawan.com/
 Ada Beberapa kegiatan dari program Ramadhan Berani Berbagi ini, seperti :

1.Kado Sambut Ramadhan

Menjelang datangnya ramadhan, masyarakat  berbondong-bondong memperisapkan diri. Namun seperti yang kita ketahui, biasanya harga kebutuhan pokok meroket naik. Bisa dibayangkan bagaimana kondisi kaum dhuafa yang mungkin tak berfikir banyak tentang pernak-pernik memperisapkan ramadhan, bisa menyantap menu untuk sahur saja mereka sudah lega. Sekolah Relawan dengan Programnya Kado Sambut Ramadhan, memberikan bingkisan kado untuk kaum dhuafa agar bisa ikut bahagia menyambut datangnya Ramadhan.

2. Foodbox

Program yang mengedukasi setiap orang untuk sedekah makanan dengan memberikan makanan siap santap dalam sebuah kotak untuk kaum dhuafa, fakir miskin atau mereka yang membutuhkan. Dengan adanya Foodbox diharapkan peranan fungsi sosial dari sebuah mesjid bisa semakin kuat. Sekolah Relawan ingin menyebarkan kebaikan sedekah makanan dengan foodbox ini agar tersebar diberbagai kota.

3. Free Food Car

Free Food Car ini sudah berjalan jauh sebelum Ramadhan tiba, kegiatan sedekah makan ini berlangsung dalam sebuah mobil dengan dilengkapi meja yang dugunakan untuk tempat penyajian dimana para relawan langsung yang memasak, menyajikan dan melayani untuk siapapun yang membutuhkannya. Seperti yang terdokementasikan dari fhoto dibawah ini, dimana masyarakat sekitar bisa merasakan makanan dari kehadiran Free Food Car ini.




4. Sumur Utsman

Pada beberepa lokasi tertentu, masih ditemukan daerah yang kesulitan air. Sekolah Relawan terinspirasi pada kisah Sahabat Rasul Utsman yang membeli sumur dan dimanffatkan oleh banyak orang yang membutuhkannya, sehingga dicetuskanlah ide untuk membantu masyarakat membuat sumur.

5. Kampung DugDug

Nama DugDug seperti mengisyaratkan semaraknya Ramadhan, dengan program ini Sekolah Relawan berusaha menghadirkan keseruan dan kebahagian Ramadhan di pelosok daerah. Dari picture yang terdokumentasikan oleh Sekolah relawan ini, bisa terasa sensasi buka bersama yang anti maenstream.

6. Belanja Bareng Yatim Dhuafa

Program Belanja Bareng Yatim Dhuafa ini diharapkan bisa memberi kebahagianuntuk anak yatim dalam menyambut lebaran dan memenuhi kebetuhan sekolahnya.

7. Naik Pangkat

Program ini untuk pemberdayaan masyarakat sehingga dengan modal yang diberikan dari Sekolah Relawan diharapkan bisa menjadi wasilah untuk membantu tingkat kesejahteraan keluarga dari penerima manfaat.

8. Kado Untuk Lebaran

Tidak seperti masyarakat pada umumnya ketika menjelang lebaran tiba, mereka mendapat THR dari kantor atau rekan bisnisnya, untuk itu Sekolah Relawan menghadirkan kado lebaran untuk kaum Dhuafa dan fakir miskin berupa paket kebutuhan sandang untuk menyambut datangnya lebaran.

Seru yah jika Ramadhan kita penuh dengan semarak kebaikan, sudahkan terinspirasi untuk berani berbagi ? Jadikan selalu hari yang kita miliki bak Ramadhan yang tak pernah usai dengan senantiasa menebar kebaikan. Mengutip pesan Aa Gym yang mahsyur dengan 3M-nya.  Memulainya dari hal terkecil. Saat ini, saat dimana nuansa Ramadhan masih menyelimuti yang juga  memberi kesejukan  pada diri, terakhir mengawali dari diri sendiri untuk mengambil bagian menebar kebaikan.







.